Menyusun Buku Secara Sistematis

 


Betapa waktu begitu cepat berlalu.  Pelatihan menulis telah tiba di pertemuan ke-15.  Sudah separuh jalan.  Berharap agar bisa konsisten mengikuti pelatihan sampai akhir.

Kali ini kami akan disuguhkan materi tentang Langkah Menyusun Buku secara Sistematis.  Tentu sangat berguna bagi kami para peserta yang berniat ingin menerbitkan karya sebuah buku solo.  Selama dua jam ke depan kami akan ditemani oleh bang Yulius Roma Patandean, S.Pd. (mohon ijin saya panggil abang ya) sebagai narasumber dan moderatornya adalah mentor saya tercinta, ibu Arofiah Afifi, S.Pd. 

Sebagai pembuka bu Ofi menyampaikan untaian kalimat pemicu semangat:

"Manfaat dari menulis buku adalah satu sarana untuk memberikan apresiasi pada diri sendiri atas hasil  karya yang telah selesai dibuat.  Artinya kita pantas menghargai diri kita sendiri.  Sebagai personal branding, sehingga memberi motivasi diri untuk lebih berkarya.  Juga memberi manfaat kepada orang banyak.  Sebagai bukti sejarah bahwa kita pernah hidup di dunia ini."  Dahsyat buuu..

Kemudian bu Ofi menyodorkan profil narasumber kami.  Bang Yulius Roma Patandean adalah seorang penulis dan editor profesional.  Beliau menyandang kelulusan ujian sertifikasi lewat skema Sertifikasi Penulisan Buku Non Fiksi.  Bang Yulius adalah alumni KBMN gelombang 9.  Prestasi yang pernah diraihnya yaitu guru berprestasi jenjang SMA Kabupaten Tana Toraja tahun 2016, pemenang ketiga lomba kreatifitas guru tingkat SMA pada Porseni PGRI Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2017, meraih dua medali emas dan tiga medali perunggu pada ajang Gurulympics PGRI tahun 2020.  Luar Biasa..

Selanjutnya bang Yulius Roma mulai memaparkan materi..

Menulis adalah sesuatu yang unik ketika baru dimulai apalagi kalau belum terbiasa.  Masih bingung mau melakukan apa.

Menulis harus dibiasakan setiap hari, seperti slogan Omjay yang sudah familiar bagi kita.

Semua hal bisa jadi bahan tulisan. Apa yang dilihat, dirasakan, dibayangkan dan bahkan dialami bisa dituliskan. Jika khawatir ide di kepala mudah hilang, mari tuliskan ide melalui blog. Selain menulis di blog pribadi, saya juga kembali menulis di blog Kompasiana.

Kembali ke pengalaman tahun 2020. Buku pertama yang saya terbitkan adalah buku solo berjudul Guru Menulis Guru Berkarya Kontennya adalah materi-materi yang disampaikan para narasumber di Grup WA. Beberapa pertemuan di grup belajar menulis, akhirnya ketemulah saya dengan tokoh pendidikan dan teknologi yang membuka wawasan saya tentang menulis. Beliau adalah Prof. Richardus Eko Indrajit. Dalam materinya, beliau menantang peserta untuk menulis dalam waktu satu minggu.  Mantapp..

Lalu, bagaimana dengan penyusunan dan pengeditan naskah buku tersebut? Semua buku yang saya tulis, penyusunan dan pengeditannya saya pelajari secara otodidak.

Saya menggunakan versi gratis tanpa aplikasi tambahan yang ada pada Ms Word. Nah, terkait dengan tema malam ini Menulis Buku Secara Sistematis pengalaman itu yang akan saya bagikan.

Sebenarnya, ada aplikasi yang bisa digunakan agar tulisan naskah buku itu  bisa "sistematis". Ada Zotero dan Mendeley yang populer di kalangan mahasiswa dan akademisi. Dan saya meyakini teman-teman guru hebat yang ada di grup ini sudah pernah menggunakan aplikasi tersebut.

Jika masih ragu-ragu, maka COBAlah. Menulis, menyusun dan mengedit naskah buku tidak bisa menjadi ala bisa karena biasa semata tanpa ada per COBA an. Dengan mencoba, maka akan timbul rasa penasaran untuk menjalaninya. Ada pahit, manis, asam, asin, kecewa dan bahagia kala mencoba. 

Percobaan mendorong teman-teman untuk berbuat lebih untuk menjawab rasa penasaran. Pertanyaannya, apakah sekedar selesai mencoba atau mau melanjutkan? Jika hendak melanjutkan, maka LAKUKAN dengan segera. Praktekkan sekaligus, biarkan mengalir bersama jari-jari mungil teman-teman. Melakukan proses lebih dalam menulis membutuhkan dorongan lebih pula. Tidak hanya dorongan untuk membuat tulisan, yang lebih utama adalah niat menghilangkan rasa penasaran di pikiran. Penasaran tentang apa yang akan saya tulis, susun dan terbitkan.

Ketika Menulis harus menjadi sebuah budaya. Maka, BUDAYAKAN!  bersama dengan praktek menyusun dan mengedit naskah. Menghasilkan sebuah karya tulisan sederhana tidak bisa tercapai dengan maksimal jika didorong oleh paksaan. Membudayakan menulis adalah proses menuju karya.

KONSISTEN adalah langkah pamungkas dalam teori menulis, menyusun dan mengedit naskah yang selama ini saya lakukan. Budaya menulis yang baik adalah ketika kita menjadi konsisten dalam mempraktekkannya.



Demikian paparan materi dari bang Yulius Roma.  Terima kasih bang untuk sharing ilmunya.  Terima kasih juga untuk bu Ofi yang telah menyemangati kami.  Salam literasi!



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Senangnya Menulis Pantun

Menulis Buku Nonfiksi. Sulit Ngga Ya?

Melejitkan Prestasi Dengan Menulis