Indahnya Diksi dalam Seni Bahasa

 


KAGET

Oleh: Deasy Pebriyanti

Ketika mata terpaku membaca sebuah pesan di WAG KBMN 28 pagi ini ba'da subuh

Amanah baru telah diberikan ke pak Edmu dan diriku

Gusar terasa melanda hati dan pikiran yang tak menentu

Entah kiranya mampu ataukah runtuh mengemban titah para Suhu

Tim Solid Om Jay..kami butuh arahan, doa, dan dukungannya selalu


Baru sempat melihat WAG di pagi hari setelah membaca pesan dari pak Edmu.  Beliau ditunjuk oleh Tim Solid Om Jay untuk menjadi ketua kelas KBMN 28 dan aku sebagai sekretarisnya.  Duuh..kenapa aku ikut dipilih ya?  peserta lain banyak yang lebih bagus dan aktif.  Entahlah.  Kalau pak Edmu sih aku setuju beliau dipilih sebagai ketua.  Pak Edmu keren..tulisannya bagus dan tertata rapi.  Literaturnya mantap.  Bertambah pengetahuan saat membaca tulisannya.   Sedangkan aku?? Meski begitu.. aku mencoba menghargai keputusan panitia.   Semoga dapat melaksanakan tugas yang diberikan dengan baik.

***

Rabu, 17 Januari 2023, pukul 19.00 WIB.

Bismillah.  Mengumpulkan semangat lagi untuk menyimak materi pelatihan malam ini.  Hampir dua pekan kondisi badan kurang fit.  Alhamdulillah sekarang sudah membaik.  

Masya Allah..sudah pertemuan ke-18.  Berbagai materi sudah diringkas.  Ilmu menulis yang  didapat semakin jelas.  Kuatkan niat teguhkan ikhlas.  Moga mampu mengikuti sampai tuntas.  Berharap suatu saat menjadi penulis berkelas.  Aamiin.

Diksi dan Seni Bahasa.  Materi ini akan dikupas oleh narasumber kami yang bernama Maydearly (unik namanya bu) dan didampingi oleh bu Widya Arema selaku moderator.  Mereka berdua adalah Guru Berprestasi dari Lebak dan Jawa Timur.  Kereen ibu-ibu cantik ini.  Di bawah ini adalah profil narasumber kami:



Berikut penjelasan dari ibu Maydearly..


Diksi – akar katanya dari bahasa Latin: dictionem. Kemudian diserap ke dalam bahasa Inggris menjadi diction Kata kerja ini berarti: pilihan kata. Maksudnya, pilihan kata untuk menuliskan sesuatu secara ekspresif. Sehingga tulisan tersebut memiliki ruh dan karakter kuat, mampu menggetarkan atau mempermainkan pembacanya.


Dalam sejarah bahasa, Aristoteles – filsuf dan ilmuwan Yunani inilah yang memperkenalkan diksi sebagai sarana menulis indah dan berbobot. Gagasannya itu ia sebut diksi puitis yang ia tulis dalam Poetics– salah satu karyanya. Seseorang akan mampu menulis indah, khususnya puisi, harus memiliki kekayaan yang melimpah: diksi puitis. Gagasan Aristoteles dikembangkan fungsinya, bahwa diksi tidak hanya diperlukan bagi penyair menulis puisi, tapi juga bagi para sastrawan yang menulis prosa dengan berbagai genre-nya.

William Shakespeare dikenal sebagai sastrawan yang sangat piawai dalam menyajikan diksi melalui naskah drama. Ia menjadi mahaguru bagi siapa saja yang berminat menuliskan romantisme dipadu tragedi. Diksi Shakespeare relevan untuk menulis karya yang bersifat realita maupun metafora. Gaya penyajiannya sangat komunikatif, tak lekang digilas zaman.

Mengapa Diksi begitu penting dalam kajian sebuah bahasa?

Sebab banyak keindahan  atas sebuah kata yang tak tereja oleh bibir.  Diksi bak pijar bintang di angkasa yang menunjukan dirinya dengan kilauan, mempesona dan tak membosankan.

Terkadang banyak penulis yang merasa takut dalam memulai sebuah tulisan, terkadang lidah kita merasa kelu untuk menulis sesuatu yang menakjubkan. Ada keraguan yang dibungkam sebelum diterjemahkan dalam bahasa.

Lantas jurus apa yang harus kita pakai agar kita mampu menulis dengan segala keindahan? Libatkan 5 macam panca indera kita.



1. Sense of Touch adalah menulis dengan melibatkan indera peraba. indra peraba dapat digunakan untuk memperinci dengan apik tekstur permukaan benda, atau apapun. Penggunaan indra peraba ini sangat cocok untuk menggambarkan detail suatu permukaan, gesekan, tentang apa yg kita rasakan pada kulit. Aplikasi indra peraba ini juga sangat tepat digunakan untuk menggambarkan sesuatu yang tidak terlihat, seperti angin misalnya. Atau, cocok juga diterapkan untuk sesuatu yang kita rasakan dengan menyentuhnya, atau tidak dengan menyentuhnya.
 
Contoh:

Pada pori-pori angin yang dingin, aku pernah mengeja rindu yang datang tanpa permisi.

2. Sense of Smell adalah menulis dengan melibatkan indra penciuman hal ini akan membuat tulisan kita lebih beraroma. Tehnik ini akan lebih dahsyat jika dipadukan dengan indra penglihatan.
 
Contoh:

Di kepalaku wajahmu masih menjadi prasasti, dan aroma badanmu selalu ku gantungkan dilangit harapan.

3. Sense of Taste adalah menulis dengan melibatkan indra perasa. Merasakan setiap energi yang ada di sekitar kita. Penggunaan indra perasa sangat ampuh untuk menggambarkan rasa suatu makanan, atau sesuatu yg tercecap di lidah.

Contoh:

Ku kecup rasa pekat secangkir kopi di tangan kananku, sembari ku genggam Hp tangan  kiriku. Telah terkubur dengan bijaksana, dirimu beserta centang biru, diriku bersama centang satu.

4. Sense of Sight adalah menulis dengan melibatkan indra penglihatan memiliki Prinsip “show, don’t tell". Selalu ingat, dalam menulis, cobalah menunjukkan kepada pembaca (dan tidak sekadar menceritakan semata). Buatlah pembaca seolah-olah bisa “melihat” apa yang tengah kita ceritakan. Buat mereka seolah bisa menonton dan membayangkannya.  Prinsip utama dan manjur dalam hal ini adalah DETAIL. Tulislah apa warnanya, bagaimana bentuknya, ukurannya, umurnya, kondisinya.

Contoh:

Derit daun pintu mencekik udara ditengah keheningan, membuatku tersadar jika kamu hanya sebagai lamunan.

5. Sense of hearing adalah menulis dengan melibatkan energi yang kita dengar. Begitu banyak suara di sekitar kita. Belajarlah untuk menangkapnya. Bagaimana? Dengarlah, lalu tuliskan. Mungkin, inilah sebab mengapa banyak penulis sukses yang kadang menanti hening untuk menulis. Bisa jadi mereka ingin menyimak suara-suara. Sebuah tulisan yang ditulis dengan indra pendengaran akan terasa lebih berbunyi, lebih bersuara. Selain itu, penulis juga bisa berkreasi dengan membuat hal-hal yang biasanya tak terdengar menjadi terdengar. 

Contoh:

Derum kejahatan yang mendekat terasa begitu kencang. Udara hening, tetapi terasa berat oleh jerit keputusasaan yang dikumandangkan bebatuan, sebuah keputusan yang menghakimiku untuk tak lagi merinduimu.

Acap kali dalam menulis kita hanya melibatkan otak kita sebagai muara untuk berpikir tanpa kita dengar, tanpa kita rasa, tanpa kita raba, jika terkadang sesuatu di pelupuk mata bisa menjadi rongga untuk mencumbu tulisan kita.

Diksi tak melulu untuk puisi.  Diksi dijabarkan sebagai kekayaan bahasa, memaknai kata sebagai bentuk keindahan. Layaknya secangkir Teh, ada hangat yang perlu diresapi karena bahasa adalah jembatan dimana kita bisa mengerti dan saling memahami.

Diksi tak melulu sebuah kiasan, karena ia adalah sebuah padanan kata. Dalam google kentara di sebut dengan sinonim bagaimana tulisan kita tergali dengan baik? Sesekali jangan menulis kata yang kerap orang jumpai. Carilah padanan atau sinonim dari kata yang kita tunjuk.

Setelah menyimak materi Diksi ini..mudah-mudahan bertambah kekayaan kata dalam seni berbahasa.  Seperti yang disampaikan bu Maydearly:



Setelah mencoba, kita akan yakin, setelah yakin Pasti Bisa.

Did you know a true writes is someone that never feeling down. Seberapa sulit hal yang kita hadapi she's never give up. Ia sama sekali tak putus asa, selalu berusaha mencoba dan terus mencoba. 

Seberapa sulit ia menata perasaan nya, she's always create a good idea ia selalu menumbuhkan ide2 baru😍😍

Terima kasih ibu untuk ilmu yang diberikan.  Barakallahu fiik..

Di akhir resume aku mencoba menyambut ajakan bu Maydearly untuk menulis sesuatu yang terlihat di hadapan dengan melibatkan panca indera:

Malam ini masih sama seperti sebelumnya

Mataku tak pernah bosan menatap wajah teduhmu 

Jemariku erat memeluk senyuman yang kau berikan

Ada cinta yang menyentuh kalbu

Gairahnya menembus ke dalam sukma

Hembusan napas dan aroma tubuhmu

Selalu mampu menghangatkan jiwaku 

Komentar

  1. Luar biasa lengkap resumenya bu👍

    BalasHapus
  2. Balasan
    1. Belum bun..baru belajar ini..masih jauh dari bagus

      Hapus
  3. Mantaap super keren bu Deasy ulasannya renyah enak dinikmati

    BalasHapus
    Balasan
    1. Masya Allah..
      Datangnya senja surya menepi
      Cerahnya mega beranjak pergi
      Senangnya saya karena dipuji
      Oleh bun Maesa yang baik hati🙏🏻

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Senangnya Menulis Pantun

Menulis Buku Nonfiksi. Sulit Ngga Ya?

Melejitkan Prestasi Dengan Menulis