Yuk Terbitkan Buku di Penerbit Indie

 


Malam beranjak pekat.  Kepala terasa berat karena sedang flu dari kemarin siang.  Pikiran jangan sampai penat.  Apalagi mikirin  mau menerbitkan buku.  Susah atau mudah ya?

Solusinya ada di sini, di pelatihan KBMN 28 pertemuan ke-23.  Pak Brian selaku narasumber malam ini ditemani oleh bu Nur Dwi Yanti akan memberikan cara yang mudah bagi kita untuk menerbitkan buku.  

Berikut profil pak Brian:

Om Ian adalah panggilan akrab Tim TSO, usia muda memiliki segudang prestasi dan karya. Puluhan tulisannya sudah dimuat di berbagai media cetak. Sebagian besar dimuat di Tabloid Bola, Harian Bola, Tabloid Soccer. Ada juga yang dimuat di Harian Kompas, Kedaulatan Rakyat, Warta Kota, Media Indonesia, dan Majalah Hidup.

Bu Yanti selaku moderator mengawali dengan mengatakan bahwa menerbitkan buku di penerbit Indie atau independen dapat menjadi pilihan yang menarik jika para sahabat ingin mengontrol proses penerbitan dan distribusi buku secara mandiri.  Mengapa? Karena ada banyak kemudahan bagi kita, jika melalui penerbit mayor tentu saja kita harus siap menanti dan ada kriteria sehingga buku kita diterima dan masuk kualifikasi di penerbit mayor.  Di penerbit indie, kita dapat mengajukan secara individu atau kelompok dan mengontrol distribusi sesuai keinginan kita.  Namun tetap mempersiapkan draft buku kita sebelum mengajukan diterbitkan d penerbit indie.

Selanjutnya, Om Ian akan memaparkan secara detail proses membungkus draft buku menjadi buku yang diterbitkan.  Yuk disimak penuturan beliau..

Seperti yang kita ketahui, syarat pelatihan ini bukan 30 resume saja. Tapi juga menerbitkan buku solo. Sangat pas malam ini temanya adalah menerbitkan buku semakin mudah di Penerbit Indie. Materi malam ini disediakan agar bapak/ibu memiliki pandangan/wawasan menerbitkan buku.    Agar saat menjalani proses penerbitan buku tidak mengalami pengalaman kurang menyenangkan dan agar tidak menemui hambatan.  

Menerbitkan buku sekarang ini semakin mudah karena ada penerbit indie yang menerima naskah tanpa seleksi.  Dahulu ketika penerbit indie belum eksis seperti sekarang, kita hanya tahu bahwa penerbit buku yang ada itu hanya penerbit mayor seperti Gramedia, Grasindo, Erlangga, Elex media, Andi, dll.  Penerbit mayor menerapkan seleksi naskah, sehingga belum tentu naskah kita diterima.  Memang itu dilakukan agar penerbit mayor mendapat naskah yang benar-benar berkualitas dan diperkirakan akan laku dipasaran.  

Tahap seleksi naskah menjadi tantangan untuk bisa menembus penerbit mayor. Penulis harus berjuang mencoba mengirim naskah ke beberapa penerbit hingga bisa diterima oleh suatu penerbit mayor. Penolakan naskah menjadi makanan sehari-hari penulis. Ketika naskah diterima pun proses penerbitannya sangat lama.  

Kini ada penerbit indie yang bisa menjawab rintangan-rintangan tersebut:

Naskah pasti diterbitkan ✅

Proses penerbitan mudah dan cepat ✅

Menerbitkan di penerbit mayor bisa lebih dari setahun prosesnya.  Kalau di penerbit Indie dalam hitungan bulan saja.

Untuk penulis pemula yang baru pertama kali akan menerbitkan buku, bisa dicoba mengawali di penerbit indie. Jika bukunya cepat terbit akan menjaga semangat menulis.  Akan ada waktunya kita perlu merasa upgrade jika sudah sering menerbitkan di penerbit indie.  Tentu kita perlu tantangan lagi dalam menulis. Barulah penerbit mayor tepat untuk penulis yang ingin upgrade.

Beruntung di KBMN PGRI kita juga punya narasumber Prof. Eko Indrajit yang bisa membantu kita untuk tembus ke penerbit Mayor yaitu Penerbit Andi.  Jadi begitulah penerbit Indie dan mayor saling mendukung untuk para penulis.

Berikut ini adalah ciri-ciri penerbit indie:

* Tidak ada seleksi naskah.

* Proses terbit cepat (1-3 bulan).

* Biaya penerbitan bervariasi tergantung ketentuan dan fasilitas penerbitan.

* Biaya cetak ulang dan ongkir ditanggung penulis.

* Penulis menentukan sendiri harga bukunya.

* Tidak memasarkan buku ke toko buku.

* Penulis yang harus memasarkan sendiri bukunya jika ingin bukunya laris.



Bagi penulis pemula  tentu penerbit indie menjadi solusi untuk bisa mewujudkan impian memiliki buku karya sendiri.  Memang  kalau di penerbit indie, kita perlu keluar biaya-biaya untuk mendapat fasilitas  penerbitan, atau jika ingin cetak ulang.  Tapi itu memang konsekuensi dari penerbitan tanpa seleksi, sehingga biaya penerbitan menjadi tanggung jawab penulis untuk mendapat fasilitas penerbitan yang memuaskan.  

Penerbit Indie ada banyak. Silakan bapak/ibu memilih penerbit berdasarkan selera/kondisi masing-masing.  

Sebagai tips, berikut ini hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan penerbit indie:

●      Biaya penerbitan

Fasilitas penerbitan yang di dapat penulis

Batas maksimal jumlah halaman

Ketentuan dan Biaya cetak ulang

Apakah dapat Master PDF

Jumlah buku yang didapat penulis.

Saya disini membantu bapak/ibu menghubungkan ke penerbit yang sudah terpercaya dan terjamin kualitasnya.  Sejak Juli 2020 saya membantu peserta KBMN memilihkan dan menghubungkan ke penerbit.  

Mengapa saya membantu mengubungkan bapak/ibu ke penerbit indie? karena:

* Belum ada referensi penerbit indie.

* Memilihkan penerbit yang terjangkau, berkualitas, dan terpercaya.

* Membantu komunikasi ke penerbit.

* Memberi pengalaman menerbitkan buku yang memuaskan.



Saya  sering juga mendapat cerita kasus hambatan yang dialami peserta kbmn dalam menerbitkan buku yaitu:

- biaya mahal

- biaya murah bahkan gratis diawal, namun jadi mahal akhirnya

- ketidakjelasan nasib naskah setelah berbulan-bulan 

- ketentuan berubah2 tidak sesuai dengan di awal.

- ada ketentuan yang tidak disampaikan di awal.

Melihat kasus-kasus tersebut maka saya membantu bapak/ibu memilihkan penerbit yang sudah terpercaya dengan harga terjangkau dan mengawal sampai naskah terbit menjadi buku. 


Saya sampaikan daya tarik penerbit ini:

1. Biaya terjangkau, tidak perlu sampai jutaan rupiah.

2. jumlah maksimal halaman sangat banyak yaitu 280 hal A5. Jadi bapak/ibu tidak kena biaya tambahan halaman walaupun bukunya setebal 280 halaman A5.

3. Penerbit ini menjualkan buku terbitannya di tokopedia dan shopee.

Pesan dari saya, menerbitkan buku perlu waktu untuk proses terbit. Bukan seperti fotokopi yang sehari jadi.  Jadi jangan minta ada deadline kapan buku harus terbit.  Misalkan karena untuk kenaikan pangkat, buku diminta agar terbit secepatnya.  Silakan bapak/ibu perhitungkan waktu proses penerbitan sampai 3 bulan jika ISBN, Karena ISBN sekarang prosesnya ketat.  Sekarang ini tidak semua naskah bisa ISBN. Kuncinya, jangan cantumkan nama lembaga. Termasuk di kata pengantarnya. Posisikan naskah sebagai naskah komersil yang akan diedarkan luas ke masyarakat.


Luar Biasa Pak Brian..apa yang telah disampaikan sangat membantu para penulis untuk bisa menerbitkan buku solonya dengan cara yang mudah dan memuaskan.  Terima kasih pak Brian.  Terima kasih bu Yanti.

Semangat untuk para peserta yang ingin punya buku solo! termasuk saya. hehee..

Salam Literasi!

Komentar

  1. Balasan
    1. Kebetulan kelar duluan ini bun. Terima kasih ya

      Hapus
  2. mantap , di tunggu tulisan selanjutnya

    BalasHapus
  3. Masya Allah....luar biasa.....

    BalasHapus
  4. Balasan
    1. F2, F3, F4, dan seterusnya juga Keren bun. Semangat!

      Hapus
  5. Balasan
    1. Alhamdulillah, dikunjungi oleh guruku. Terima kasih bu Yanti

      Hapus
  6. Selalu terdepan resumnya Ibu... sebentar lagi jadi buku solo....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lagi semangat nih pak jadi kelar duluan. Aamiin..semoga kita semua bisa nerbitin buku solo ya pak. Terima kasih

      Hapus
  7. Mantap pertama kirim blog tulisan di pertemuan 23 ini

    BalasHapus
  8. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Senangnya Menulis Pantun

Menulis Buku Nonfiksi. Sulit Ngga Ya?

Melejitkan Prestasi Dengan Menulis