Bukan Pemburu Ta'jil

 


Bismillah.  Ramadhan adalah bulan penuh berkah.  Bulan dimana umat muslim berlomba-lomba untuk bersedekah.  Salah satunya adalah menyediakan makanan berbuka untuk jama'ah masjid.  Memberi makan orang yang berpuasa sungguh besar pahalanya, meski hanya segelas air.  "Siapa yang memberi makan orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikit pun juga." (HR. Tirmidzi)

Tidak terkecuali ibu-ibu di komplek rumah kami.  Setiap tahun menyusun jadwal penyedia ta'jil.  Ta'jil dikenal oleh sebagian masyarakat sebagai makanan atau minuman pada saat berbuka puasa.  Bentuknya bisa kurma, kue basah, lontong, gorengan, air minum, es buah, dan lain sebagainya.  

Warga komplek, warga sekitar ataupun pendatang bisa menikmati ta'jil yang disediakan di masjid.  Jumlahnya sekitar 35 sampai 50 porsi per hari.  Ta'jil biasanya dinikmati oleh anak-anak maupun bapak-bapak yang menjadi jama'ah sholat maghrib.  Namun jika jumlah jama'ah lebih dari 50 maka tidak semuanya bisa kebagian.  Istilahnya, siapa cepat dia dapat.

Suami, anak dan keponakan laki-laki saya termasuk yang sering sholat berjamaah di masjid.  Namun mereka hampir tak pernah mengambil ta'jil yang disediakan.  Ketika saya tanya, jawabannya beragam.  Ada yang tidak mau ambil karena rebutan.  Ada yang tidak ambil karena memang tidak mau.  Ada yang hanya ingin sholat dan tidak mau berburu ta'jil.  "Ngga mau ambil ah bun, untuk yang lain saja.  Kan di rumah juga ada makanan" kata mereka.

3 Ramadhan 1444 H

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Senangnya Menulis Pantun

Menulis Buku Nonfiksi. Sulit Ngga Ya?

Melejitkan Prestasi Dengan Menulis