Senangnya Menulis Pantun

 


Pukul 18.45 ada yang bertanya di WAG KBMN 28, "sedulur....malam ini materi apa ya..." Lalu ada yang menjawab, "Pantun, Pak."  Kemudian muncul flyer di atas.  Asiiik..pantun nih.  

Kami bertemu lagi dengan ustadz Damar (pak Dail Ma'ruf, M.Pd.) sebagai moderator dan pak Miftahul Hadi, S.Pd (alumnus KBMN gelombang 17) yang keren banget sebagai narasumber.


Saya izin bikin pantun dulu ya pak Miftah..hehee.

Buah kelapa dimasukan ke gelas

Jatuh ke semak tanpa ampun

Sudah pertemuan ke-13

Yuk kita simak Materi Pantun👍🏻


Pak Miftah menjelaskan sebagai berikut:

Pantun biasanya identik dengan suku bangsa Melayu ataupun Betawi.  Namun, tiap daerah memiliki pantun.  

Di Tapanuli, pantun dikenal dengan istilah ende-ende (Suseno, 2006).  

Contoh :

Molo mandurung ho dipabu,

Tampul si mardulang-dulang,

Molo malungun ho diahu,

Tatap siru mondang bulan.

Artinya :

Jika tuan mencari paku,

Petiklah daun sidulang-dulang,

Jika tuan rindukan daku,

Pandanglah sang bulan purnama


Di Sunda, pantun dikenal dengan istilah paparikan.  Di Jawa, pantun dikenal dengan istilah parikan (Suseno, 2006).

Pantun diakui oleh UNESCO sebagai Warisan Budaya Tak benda  pada sesi ke-15 Intergovernmental Committee for the Safeguarding of the Intangible Cultural Heritage di Kantor Pusat UNESCO di Paris, Prancis (17/12/2020).

Pada hakikatnya, sebagian besar kesusastraan tradisional Indonesia membentuk pondasi dasar pertunjukan genre campuran yang kompleks, seperti "randai" dari Minangkabau wilayah Sumatra Barat, yang mencampur antara seni musik, seni tarian, seni drama, dan seni bela diri dalam perpaduan seremonial yang spektakuler.

Dari berbagai macam pantun dari tiap daerah, berikut terdapat definisi pantun.  Pantun menurut Renward Branstetter (Suseno, 2006; Setyadiharja, 2018; Setyadiharja, 2020) berasal dari kata “Pan” yang merujuk pada sifat sopan. Dan kata “Tun” yang merujuk pada sifat santun. Kata “Tun” dapat diartikan juga sebagai pepatah dan peribahasa (Hussain, 2019).

Kegunaan pantun itu ternyata banyak sekali. Selain untuk komunikasi sehari-hari pada zaman dahulu. Pantun bisa juga digunakan untuk mengawali sambutan pidato. Bisa juga untuk lirik lagu, perkenalan, ataupun dakwah bisa juga disisipi pantun.  Selain itu Pantun juga melatih seseorang berfikir tentang makna kata sebelum berujar.




Kaidah Pantun

1 bait pantun terdiri atas empat baris (wajib).

Lalu, satu baris itu idealnya terdiri atas empat sampai lima kata.

Kemudian, satu baris pantun terdiri atas delapan sampai dua belas suku kata.

Baris pertama dan kedua disebut sampiran.

Baris ketiga dan keempat disebut isi.

Pantun yang baik, memiliki sajak a-b-a-b.

Cara menentukan persajakan, bisa kita lihat Rima (bunyi akhir) tiap baris.




Jenis-jenis pantun yang umum diketahui antara lain:

1. Pantun nasihat : pantun yang isinya (baris ketiga dan keempat) nasihat kebaikan.

Contoh :

Tegak berdiri si batang Suji,

Tanam di samping petai cina,

Sejak kecil rajin mengaji,

Sudah besar tentu berguna.


2. Pantun jenaka : pantun yang berisi hal-hal lucu

Contoh :

Ikan gabus ada di rawa,

Ikan lele ada di kali,

Nenek menangis sambil tertawa,

Melihat kakek main lompat tali.


Pantun dua baris disebut juga karmina atau pantun kilat.

Lalu, apa bedanya pantun, syair, gurindam dengan karmina??



Syair, hampir sama seperti pantun. Terdiri atas empat baris. Memiliki sajak a-a-a-a. Baris satu sampai empat memiliki hubungan/saling berkaitan.  

Contoh Syair (seperti puisi):

Inilah kisah bermula kawan

Tentang negeri elok rupawan

Menjadi rebutan haparan jajahan

Hidup mati pahlawan memperjuangkan


Engkau telah mafhum kawan

Penggenggam bambu runcing ditangan

Pemeluk tetes darah penghabisan

Syahdan, Tuhan karuniai kemerdekaan.


Nah, kalau gurindam hanya terdiri atas dua baris. Memiliki sajak a-a. Baris pertama dan kedua saling berhubungan.  

Contoh gurindam :

Jika rajin salat sedekah,

Allah akan tambahkan berkah.


Karmina, terdiri atas dua baris. Baris pertama dan kedua tidak ada hubungannya.

Sudah gaharu Cendana pula,

Sudah tahu bertanya pula.


Dalam membuat pantun kadang kita mengalami kesulitan.  Agar lebih mudah, ada triknya yaitu: jika membuat pantun, susunlah baris ketiga dan keempat terlebih dahulu (isinya).  Kemudian baru membuat baris pertama dan kedua yang merupakan sampiran.

Dalam menulis pantun, usahakan hindari penggunaan nama orang, dan nama merk dagang.

Pada akhir materi, pak Miftah menantang para peserta untuk membuat satu bait pantun dengan tema gambar di bawah ini:


Bismillah, saya coba ya pak..

Senyum dikulum bibir merekah

Kurang tertata dalam berujar

Kurikulum terus berubah

Sekarang masanya merdeka belajar


Terima kasih ya pak Miftah dan ustadz Damar untuk ilmu yang diberikan malam hari ini.  Saya jadi paham cara menulis pantun.  Barakallahu fiikum.

Komentar

  1. paling banyak pemgunjungnya kl no1


    kren luar biasa -- malam ini indah sekali-- menemani mas Miftahul hadi

    resumenya bagus sekali -- aku suka macam ini

    BalasHapus
    Balasan
    1. Burung Camar indah rupanya
      Terbang tinggi di atas telaga
      Ustadz Damar baik hatinya
      Sering memuji para peserta

      Terima kasih pak ustadz🙏🏻

      Hapus
  2. Semangat

    https://yamin19710813.blogspot.com/2023/02/kaidah-pantun-pertemuan-ke-13.html

    BalasHapus
  3. aktual dan mantap resumenya ....keren bun

    BalasHapus
  4. Bagus Bu. Wiiih penggemar y banyak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih bu Ovi. Malu ah bu saya..masih pabalatak tulisannya🙏🏻

      Hapus
  5. Balasan
    1. Alhamdulillah, terima kasih guru kami (Om Jay) yang baik hati🙏🏻

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Semangat Belanja Tanpa Batal Puasa

Menu Wajib Keluarga Kami: Sambal Merah